Selasa, 02 Desember 2014

Seni Rupa Modern/kontemprer prancis

penyusun: -ach. firman firdaus
                 -akhmad rifaldi
                 - amir shadikin
                 -apip rubaidi
                 -aswati


senilukis modern prancis adalah ungkapannya bersifat personal, di dalamnya terdapat kebaruan dan kreativitas. Para ahli sejarah seni di Barat sendiri tidak bisa menyatakan batas pasti permulaan senilukis modern. Sarah Newmeyer menyatakan, senilukis modern bisa jadi sebuah gambar bison yang digoreskan dua puluh ribu tahun yang lalu pada dinding gua Lascaux di Selatan Prancis. Bisa juga sebuah gambar yang dilukis oleh Picasso pagi ini (Enjoying Modern Art. 1995).
 Louis Fichner ahli sejarah seni dari Amerika Serikat menyatakan, para ahli sejarah tidak ada yang bisa memastikan sejak kapan permulaan seni lukis modern. Sebagian sejarawan menghubungkan permulaan lukisan modern dari Revolusi Prancis 1789. Sebagian lainnya memilih 1836, tahun yang ditandai dengan pameran lukisan modern di Paris (Understanding Art, 1995).  
Penjelasan tentang senilukis modern diuraikan dalam Britannica Encyclopaedia. Menurut catatan Birtannica, Permulaan seni modern tidak dapat dengan jelas ditarik garis batas, tetapi ada kesepakatan umum, bahwa seni lukis modern dimulai di Prancis abad ke-19 (Microsoft,1995). Pendapat lain menyebutkan seni lukis modern di mulai abad 20 (Encarta encyclopaedia, 2006),
 Tak satupun ahli sejarah senilukis bisa menyatakan dengan tegas permulaan seni lukis modern. Berdasarkan definisi di atas, senilukis moden bisa menembus batasan ruang dan waktu. Senilukis modern bisa meliputi senilukis yang diciptakan ribuan tahun lalu, hingga hari ini. Sepanjang senilukis memiliki unsur-unsur kebaruan dan kreatifitas dapat didefinisikan sebagai senilukis modern. 
Berdasarkan kesepakatan umum, seni lukis modern dimulai di Prancis abad 19. Berbagai aliran senilukis modern yang muncul sejak abad 19 antara lain romantisme abstrak, realis, surealis, ekspresionisme, impresionisme, fauvisme, dan kubisme.
Salah satu tokoh terkenal prancis adalah J.L. David. Tidak hanya J.L. David, tetapi pelukis seperti Vincent Van Gogh dan Leonardo Da Vinci juga seniman yang menjadi tanda kebangkitan era seni rupa modern salah satu contoh karya j.l david adalah sebagai berikut.
Seni Rupa Modern Eropa dan Amerika adalah pelopor lahirnya seni modern. Hal ini ditegaskan oleh Rosenberf, dalam Dharsono (2004:222) bahwa:
Pengertian “modern” dalam terminologi seni rupa tidak bisa dilepaskan dari prinsip modernisme atau paham yang mendasari perkembangan seni rupa modern dunia sampai pertengahan abad ke-20. Seni rupa modern dunia memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Dari penafsiran seorang pelukis Jerman yang pindah ke Amerika Serikat sesudah Perang Dunia ke II, Hans Hofmann menyatakan hanya seniman dan gerakan di Eropa dan Amerika yang mampu melahirkan seni rupa modern, konsepsi poros Paris-New-York sebagai pusat perkembangan seni rupa modern.
Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga standar nilai estetik yang kini sedang terancam oleh metode permasalahan seni. Modernisme meyakini gagasan progres karena selalu mementingkan norma kebaruan, keaslian dan kreativitas. Prinsip tersebut melahirkan apa yang kita sebut dengan “Tradition of the new” atau tradisi “Avant-garde”, pola lahirnya gaya seni baru  pada awalnya ditolak, namun akhirnya diterima masyarakat sebagai inovasi terbaru.
Seni modern dengan melahirkan Conceptual Art/ Seni Konseptual merupakan gerakan dalam  menempatkan ide, gagasan atau konsep sebagai masalah yang utama dalam seni. Sedangkan bentuk, material dan objek seninya hanyalah merupakan akibat/efek samping dari konsep seniman.
Walapun kita sering menggunakan istilah seni rupa modern prinsip modernisme tak pernah sungguh-sungguh berakar. Polemik kebudayan di tahun 30-an sangat mempengaruhi pemikiran perkembangan seni rupa Indonesia. Hal ini dipertegas oleh Jim Supangkat 1992 sebagai berikut:
Persentuhan seni rupa Indonesia dengan seni rupa modern sebenarnya hanya terbatas pada corak, gaya, dan prinsip estetik tertentu. Nasionalisme sebagai sikap dasar persepsi untuk menyusun sejarah perkembangan sejarah seni rupa Indonesia adalah kenyataan yang tak bisa disangkal dan nasionalisme sangat mewarnai pemikiran kesenian dihampir semua negara berkembang. Batas kenegaraan itulah yang mengacu pada nasionalisme yang akhirnya diakui dalam seni rupa kontemporer yang percaya pada pluralisme sejak zaman PERSAGI tidak pernah ragu menggariskan perkembangan seni rupa Indonesia khas Indonesia (Jim Supangkat dalam Dharsono, 2004: 224).
Kendati seni rupa modern percaya pada eksplorasi dan kebebasan secara implisit akhirnya hanyalah mempertahankan prinsip-prinsip seni rupa Barat (tradisi Barat). Prinsip-prinsip modernisasi juga menetapkan  tahap perkembangan yang didasarkan pada perkembangan seni rupa  modern Eropa Barat dan Amerika (lihat sejarah). Di Indonesia prinsip-prinsip seperti itu tidak seluruhnya teradaptasi, akan tetapi muncul secara terpotong-potong kadang dalam bentuk yang lebih ekstrim.
Catatan perkembangan pelukis Belanda yang diabaikan adalah catatan yang justru secara mendasar memperlihatkan tanda-tanda perkembangan seni rupa modern.  Kendati tidak terlalu nyata pergeseran yang terjadi pada tahun 1940-an ini menandakan seniman mulai mempersoalkan bahasa rupa dan cenderung meninggalkan representasi (menampilkan realitas sebagai fenomena rupa). Pada tahun 50-an kecenderungan mempersoalkan bahasa rupa itu menegaskan pada karya pelukis Ries Mulder yang waktu itu tinggal di Bandung. Ketika Ries Mulder merintis pendidikan seni rupa di Bandung (ITB), perkembangan seni rupa di alur ini memasuki era penjelajahan masalah bentuk rupa yang secara sadar meninggalkan representasi. Ries Mulder memperkenalkan konsep-konsep seni lukis kubisme yang kemudian sangat berpengaruh di kalangan pelukis pribumi yang belajar padanya. Di tempat lain, ruang seni rupa di Jogjakarta pada saat itu dipenuhi dengan karya-karya realistis. Dari kenyataan inilah maka lahir kubu Bandung yang disebut sebagai laboratorium Barat. Hal ini dipertegas oleh A.D. Pirous bahwa:
…perguruan tinggi dibentuk dengan gaya, konsep dan teori kesenian Barat modern diajarkan pada mahasiswa, proses itu berjalan sedemikian sehingga pada tahun 50 dan 60-an , karya-karya mahasiswa seni rupa Bandung pernah dicap sebagai hasil laboratorium Barat (A.D. Pirous, 2003:56)
Akibat dari perkembangan ini, kemudian menjadi kontradiksi kubu Bandung-Jogja yang  memperlihatkan pertentangan dua tradisi besar seni rupa modern, yaitu kontradiksi tradisi realis dan modernis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar