-akhmad rifaldi
- amir shadikin
-apip rubaidi
-aswati
senilukis modern prancis adalah ungkapannya
bersifat personal, di dalamnya terdapat kebaruan dan kreativitas. Para ahli sejarah seni di Barat sendiri tidak bisa
menyatakan batas pasti permulaan senilukis modern. Sarah Newmeyer menyatakan,
senilukis modern bisa jadi sebuah gambar bison yang digoreskan dua puluh ribu
tahun yang lalu pada dinding gua Lascaux di Selatan Prancis. Bisa juga sebuah
gambar yang dilukis oleh Picasso pagi ini (Enjoying Modern Art. 1995).
Louis Fichner
ahli sejarah seni dari Amerika Serikat menyatakan, para ahli sejarah tidak ada
yang bisa memastikan sejak kapan permulaan seni lukis modern. Sebagian
sejarawan menghubungkan permulaan lukisan modern dari Revolusi Prancis 1789.
Sebagian lainnya memilih 1836, tahun yang ditandai dengan pameran lukisan
modern di Paris (Understanding Art, 1995).
Penjelasan tentang
senilukis modern diuraikan dalam Britannica Encyclopaedia. Menurut catatan
Birtannica, Permulaan seni modern tidak dapat dengan jelas ditarik garis batas,
tetapi ada kesepakatan umum, bahwa seni lukis modern dimulai di Prancis abad
ke-19 (Microsoft,1995). Pendapat lain menyebutkan seni lukis modern di mulai
abad 20 (Encarta encyclopaedia, 2006),
Tak satupun
ahli sejarah senilukis bisa menyatakan dengan tegas permulaan seni lukis
modern. Berdasarkan definisi di atas, senilukis moden bisa menembus batasan
ruang dan waktu. Senilukis modern bisa meliputi senilukis yang diciptakan
ribuan tahun lalu, hingga hari ini. Sepanjang senilukis memiliki unsur-unsur
kebaruan dan kreatifitas dapat didefinisikan sebagai senilukis modern.
Berdasarkan
kesepakatan umum, seni lukis modern dimulai di Prancis abad 19. Berbagai aliran
senilukis modern yang muncul sejak abad 19 antara lain romantisme abstrak,
realis, surealis, ekspresionisme, impresionisme, fauvisme, dan kubisme.
Salah satu tokoh terkenal prancis adalah J.L. David. Tidak hanya J.L.
David, tetapi pelukis seperti Vincent Van Gogh dan Leonardo Da Vinci juga
seniman yang menjadi tanda kebangkitan era seni rupa modern salah satu contoh karya j.l david adalah sebagai
berikut. 

Seni Rupa Modern Eropa dan Amerika adalah pelopor lahirnya seni modern.
Hal ini ditegaskan oleh Rosenberf, dalam Dharsono (2004:222) bahwa:
Pengertian “modern” dalam terminologi seni rupa tidak bisa
dilepaskan dari prinsip modernisme atau paham yang mendasari perkembangan seni
rupa modern dunia sampai pertengahan abad ke-20. Seni rupa modern dunia
memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Dari penafsiran seorang pelukis
Jerman yang pindah ke Amerika Serikat sesudah Perang Dunia ke II, Hans Hofmann
menyatakan hanya seniman dan gerakan di Eropa dan Amerika yang mampu melahirkan
seni rupa modern, konsepsi poros Paris-New-York sebagai pusat perkembangan seni
rupa modern.
Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga
standar nilai estetik yang kini sedang terancam oleh metode permasalahan seni.
Modernisme meyakini gagasan progres karena selalu mementingkan norma kebaruan,
keaslian dan kreativitas. Prinsip tersebut melahirkan apa yang kita sebut
dengan “Tradition of the new” atau tradisi “Avant-garde”,
pola lahirnya gaya seni baru pada awalnya ditolak, namun akhirnya
diterima masyarakat sebagai inovasi terbaru.
Seni modern dengan melahirkan Conceptual Art/ Seni Konseptual merupakan gerakan
dalam menempatkan ide, gagasan atau konsep sebagai masalah yang utama
dalam seni. Sedangkan bentuk, material dan objek seninya hanyalah merupakan akibat/efek
samping dari konsep seniman.
Walapun kita sering menggunakan istilah seni rupa
modern prinsip modernisme tak pernah sungguh-sungguh berakar.
Polemik kebudayan di tahun 30-an sangat mempengaruhi pemikiran perkembangan
seni rupa Indonesia. Hal ini dipertegas oleh Jim Supangkat 1992 sebagai
berikut:
Persentuhan seni rupa Indonesia dengan seni rupa modern sebenarnya
hanya terbatas pada corak, gaya, dan prinsip estetik tertentu. Nasionalisme
sebagai sikap dasar persepsi untuk menyusun sejarah perkembangan sejarah seni
rupa Indonesia adalah kenyataan yang tak bisa disangkal dan nasionalisme sangat
mewarnai pemikiran kesenian dihampir semua negara berkembang. Batas kenegaraan
itulah yang mengacu pada nasionalisme yang akhirnya diakui dalam seni rupa kontemporer
yang percaya pada pluralisme sejak zaman PERSAGI tidak pernah ragu menggariskan
perkembangan seni rupa Indonesia khas Indonesia (Jim Supangkat dalam Dharsono, 2004: 224).
Kendati seni rupa modern percaya pada eksplorasi dan kebebasan secara
implisit akhirnya hanyalah mempertahankan prinsip-prinsip seni rupa Barat
(tradisi Barat). Prinsip-prinsip modernisasi juga menetapkan tahap
perkembangan yang didasarkan pada perkembangan seni rupa modern Eropa
Barat dan Amerika (lihat sejarah). Di Indonesia prinsip-prinsip seperti itu
tidak seluruhnya teradaptasi, akan tetapi muncul secara terpotong-potong kadang
dalam bentuk yang lebih ekstrim.
Catatan perkembangan pelukis Belanda yang diabaikan adalah catatan yang
justru secara mendasar memperlihatkan tanda-tanda perkembangan seni rupa
modern. Kendati tidak terlalu nyata pergeseran yang terjadi pada tahun
1940-an ini menandakan seniman mulai mempersoalkan bahasa rupa dan cenderung
meninggalkan representasi (menampilkan realitas sebagai fenomena rupa). Pada tahun
50-an kecenderungan mempersoalkan bahasa rupa itu menegaskan pada karya pelukis
Ries Mulder yang waktu itu tinggal di Bandung. Ketika Ries Mulder merintis
pendidikan seni rupa di Bandung (ITB), perkembangan seni rupa di alur ini
memasuki era penjelajahan masalah bentuk rupa yang secara sadar meninggalkan
representasi. Ries Mulder memperkenalkan konsep-konsep seni lukis kubisme yang
kemudian sangat berpengaruh di kalangan pelukis pribumi yang belajar padanya.
Di tempat lain, ruang seni rupa di Jogjakarta pada saat itu dipenuhi dengan
karya-karya realistis. Dari kenyataan inilah maka lahir kubu Bandung yang
disebut sebagai laboratorium Barat. Hal ini dipertegas oleh A.D. Pirous bahwa:
…perguruan tinggi dibentuk dengan gaya, konsep dan teori kesenian
Barat modern diajarkan pada mahasiswa, proses itu berjalan sedemikian sehingga
pada tahun 50 dan 60-an , karya-karya mahasiswa seni rupa Bandung pernah dicap
sebagai hasil laboratorium Barat (A.D. Pirous, 2003:56)
Akibat dari perkembangan ini, kemudian menjadi kontradiksi kubu
Bandung-Jogja yang memperlihatkan pertentangan dua tradisi besar seni
rupa modern, yaitu kontradiksi tradisi realis dan modernis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar